Pagi itu aku bangun kesiangan, seisi rumah rupanya sudah pergi semua.
Akupun segera mandi dan berangkat ke kampus. Meskipun hari itu kuliah
sangat padat, pikiranku nggak bisa konsentrasi sedikitpun, yang aku
pikirkan cuma Rani.
Aku pulang kerumah sekitar jam 3 sore, dan rumah masih sepi.
Kemudian ketika aku sedang nonton TV di ruang keluarga sehabis ganti
baju, Rani keluar dari kamarnya, sudah berpakaian rapi. Dia mendekat dan
mukanya menunduk.
"Dodi, kamu ada acara nggak? Temani aku nonton dong.."
"Eh.. apa? Iya, iya aku nggak ada acara, sebentar yah aku ganti baju
dulu" jawabku, dan aku buru-buru ganti baju dengan jantung berdebaran.
Setelah siap, akupun segera mengajaknya berangkat. Rani menyarankan agar
kami pergi dengan mobilnya. Aku segera mengeluarkan mobil, dan ketika
Rani duduk di sebelahku, aku baru sadar kalau dia memakai rok pendek,
sehingga ketika duduk ujung roknya makin ke atas. Sepanjang perjalanan
ke bioskop mataku nggak bisa lepas melirik kepahanya.
Sesampainya dibioskop, aku beranikan memeluk pinggangnya, dan Rani tidak
menolak. Dan sewaktu mengantri di loket aku peluk dia dari belakang.
Aku tahu Rani merasa penisku sudah tegang karena menempel di pantatnya.
Rani meremas tanganku dengan kuat. Kita memesan tempat duduk paling
belakang, dan ternyata yang nonton nggak begitu banyak, dan
disekeliling kita tidak ditempati. Kita segera duduk dengan tangan masih
saling meremas. Tangannya sudah basah dengan keringat dingin, dan
mukanya selalu menunduk. Ketika lampu mulai dipadamkan, aku sudah tidak
tahan, segera kuusap mukanya, kemudian aku dekatkan ke mukaku, dan kita
segera berciuman dengan gemasnya. Lidahku dan lidahnya saling
berkaitan, dan kadang- kadang lidahku digigitnya lembut. Tanganku segera
menyelinap ke balik bajunya. Dan karena tidak sabar, langsung saja aku
selinapkan ke balik BH-nya, dan payudaranya yang sebelah kiri aku remas
dengan gemas. Mulutku langsung diisap dengan kuat oleh Rani.
Tangankupun semakin gemas meremas payudaranyanya, memutar-mutar
putingnya, begitu terus, kemudian pindah ke susu yang kanan, dan Rani
mulai mengerang di dalam mulutku, sementara penisku semakin meronta
menuntut sesuatu.
Kemudian tanganku mulai mengelus pahanya, dan kuusap- usap dengan arah
semakin naik ke atas, ke pangkal pahanya. Roknya aku singkap ke atas,
sehingga sambil berciuman, di keremangan cahaya, aku bisa melihat celana
dalamnya. Dan ketika tanganku sampai di selangkangannya, mulut Rani
berpindah menciumi telingaku sampai aku terangsang sekali. Celana
dalamnya sudah basah. Tanganku segera menyelinap ke balik celana
dalamnya, dan mulai memainkan clitorisnya. Aku elus- elus, pelan-pelan,
aku usap dengan penuh perasaan, kemudian aku putar-putar, makin lama
makin cepat, dan makin lama makin cepat. Tiba- tiba tangannya
mencengkeram tanganku, dan pahanya juga menjepit telapak tanganku,
sedangkan kupingku digigitnya sambil mendesis-desis. Badanya tersentak-
sentak beberapa saat.
"Dodi.. aduuhh.., aku nggak tahan sekali.., berhenti dulu yaahh.., nanti
dirumah ajaa..", rintihnya. Akupun segera mencabut tanganku dari
selangkangannya.
"Dodi.., sekarang aku mainin punya kamu yaahh..", katanya sambil mulai
meraba celanaku yang sudah menonjol. Aku bantu dia dengan aku buka
ritsluiting celana, kemudian tangannya menelusup, merogoh, dan ketika
akhirnya menggenggam penisku, aku merasa nikmat luar biasa. Penisku
ditariknya keluar celana, sehingga mengacung tegak. "Dodi.., ini sudah
basah.., cairannya licin..", rintihnya dikupingku sambil mulai digenggam
dengan dua tangan. Tangan yang kiri menggenggam pangkal penisku,
sedangkan yang kanan ujung penisku dan jari-jarinya mengusap-usap kepala
penis dan meratakan cairannya. "Rani.., teruskan sayang..", kataku
dengan ketegangan yang semakin menjadi-jadi. Aku merasa penisku sudah
keras sekali. Rani meremas dan mengurut penisku semakin cepat. Aku
merasa spermaku sudah hampir keluar. Aku bingung sekali karena takut
kalau sampai keluar bakal muncrat kemana-mana.
"Rani.., aku hampir keluar nih.., berhenti dulu deh..", kataku dengan suara yang nggak yakin, karena masih keenakan.
"Waahh.., Rani belum mau berhenti.., punya kamu ini bikin aku gemes..", rengeknya
"Terus gimana.., apa enaknya kita pulang saja yuk..?!" ajakku, dan
ketika Rani mengangguk setuju, segera kurapikan celanaku, juga pakaian
Rani, dan segera kita keluar bioskop meskipun filmnya belum selesai. Di
mobil tangan Rani kembali mengusap-usap celanaku. Dan aku diam saja
ketika dia buka ritsluitingku dan menelusupkan tangannya mencari
penisku. Aduh, rasanya nikmat sekali. Dan penisku makin berdenyut ketika
dia bilang, "Nanti aku boleh nyium itunya yah..". Aku pengin segera
sampai ke rumah.
Dan, akhirnya sampai juga. Kita berjalan sambil berpelukan erat-erat.
Sewaktu Rani membuka pintu rumah, dia kupeluk dari belakang, dan aku
ciumi samping lehernya. Tanganku sudah menyingkapkan roknya ke atas, dan
tanganku meremas pinggul dan pantatnya dengan gemas. Rani aku bimbing
ke ruang keluarga. Sambil berdiri aku ciumi bibirnya, aku lumat habis
mulutnya, dan dia membalas dengan sama gemasnya. Pakaiannya kulucuti
satu persatu sambil tetap berciuman. Sambil melepas bajunya, aku mulai
meremasi payudaranya yang masih dibalut BH. Dengan tak sabar BH- nya
segera kulepas juga. Kemudian roknya, dan terakhir celana dalamnya juga
aku turunkan dan semuanya teronggok di karpet.
Badannya yang telanjang aku peluk erat- erat. Ini pertama kalinya aku
memeluk seorang gadis dengan telanjang bulat. Dan gadis ini adalah Rani
yang sering aku impikan tapi tidak terbayangkan untuk menyentuhnya.
Semuanya sekarang ada di depan mataku. Kemudian tangan Rani juga
melepaskan bajuku, kemudian celana panjangku, dan ketika melepas celana
dalamku, Rani melakukannya sambil memeluk badanku. penisku yang sudah
memanjang dan tegang sekali segera meloncat keluar dan menekan perutnya.
uuhh, rasanya nikmat sekali ketika kulit kami yang sama-sama telanjang
bersentuhan, bergesekan, dan menempel dengan ketat. Bibir kami saling
melumat dengan nafas yang semakin memburu. Tanganku meremas pantatnya,
mengusap punggungnya, mengelus pahanya, dan meremasi payudaranya dengan
bergantian. Tangan Rani juga sudah menggenggam dan mengelus penisku.
Badan Rani bergelinjangan, dan dari mulutnya keluar rintihan yang
semakin membangkitkan birahiku. Karena rumah memang sepi, kita jadi
mengerang dengan bebas.
Kemudian sambil tetap meremasi penisku, Rani mulai merendahkan badannya,
sampai akhirnya dia berlutut dan mukanya tepat didepan selangkanganku.
Matanya memandangi penisku yang semakin keras di dalam genggamannya, dan
mulutnya setengah terbuka. Penisku terus dinikmati, dipandangi tanpa
berkedip, dan rupanya makin membuat nafsunya memuncak. Mulutnya
perlahan mulai didekatkan kekepala penisku. Aku melihatnya dengan gemas
sekali. Kepalaku sampai terdongak ketika akhirnya bibirnya mengecup
kepala penisku. Tangannya masih menggenggam pangkal penisku, dan
mengelusnya pelan- pelan. Mulutnya mulai mengecupi kepala penisku
berulang-ulang, kemudian memakai lidahnya untuk meratakan cairan
penisku. Lidahnya memutar-mutar, kemudian mulutnya mulai mengulum dengan
lidah tetap memutari kepala penisku. Aku semakin mengerang, dan karena
nggak tahan, aku dorong penisku sampai terbenam ke mulutnya. Aku rasa
ujungnya sampai ke tenggorokannya. Rasanya nikmat sekali. Kemudian
pelan-pelan penisku disedot-sedot dan dimaju-mundurkan di dalam
mulutnya. Rambutnya kuusap-usap dan kadang-kadang kepalanya aku tekan-
tekan agar penisku semakin terasa nikmat. Isapan mulut dan lidahnya yang
melingkar-lingkar membuatku merasa sudah nggak tahan. Apalagi sewaktu
Rani melakukannya semakin cepat, dan semakin cepat, dan semakin cepat.
Ketika akhirnya aku merasa spermaku mau muncrat, segera kutarik penisku
dari mulutnya. Tapi Rani menahannya dan tetap mengisap penisku. Maka
akupun nggak bisa menahan lebih lama lagi, spermaku muncrat di dalam
mulutnya dengan rasa nikmat yang luar biasa. Spermaku langsung
ditelannya dan dia terus mengisapi dan menyedot penisku sampai spermaku
muncrat berkali-kali. Badanku sampai tersentak-sentak merasakan
kenikmatan yang tiada taranya. Meskipun spermaku sudah habis, mulut Rani
masih terus menjilat. Akupun akhirnya nggak kuat lagi berdiri dan
akhirnya dengan nafas sama-sama tersengal- sengal kita berbaring di
karpet dengan mata terpejam.
"Thanks ya Ran, tadi itu nikmat sekali", kataku berbisik
"Ah.., aku juga suka kok.., makasih juga kamu ngebolehin aku mainin kamu..".
Kemudian ujung hidungnya aku kecup, matanya juga, kemudian bibirnya.
Mataku memandangi tubuhnya yang terbaring telanjang, alangkah indahnya.
Pelan-pelan aku ciumi lehernya, dan aku merasa nafsu kita mulai naik
lagi. Kemudian mulutku turun dan menciumi payudaranya yang sebelah kanan
sedangkan tanganku mulai meremas susu yang kiri. Rani mulai
menggeliat-geliat, dan erangannya membuat mulut dan tanganku tambah
gemas memainkan susu dan putingnya. Aku terus menciumi untuk beberapa
saat, dan kemudian pelan-pelan aku mulai mengusapkan tanganku
keperutnya, kemudian kebawah lagi sampai merasakan bulu jembutnya, aku
elus dan aku garuk sampai mulutnya menciumi telingaku. Pahanya mulai aku
renggangkan sampai agak mengangkang. Kemudian sambil mulutku terus
menciumi payudaranya, jariku mulai memainkan clitorisnya yang sudah
mulai terangsang juga. Cairan kenikmatannya kuusap-usapkan ke seluruh
permukaan kemaluannya, juga ke clitorisnya, dan semakin licin clitoris
serta liang kewanitaannya, membuat Rani semakin menggelinjang dan
mengerang. clitorisnya aku putar-putar terus, juga mulut kemaluannya
bergantian.
"Ahh.., Dodii.., aahh.., teruss.., aahh.., sayaangg..", mulutnya terus
meracau sementara pinggulnya mulai bergoyang- goyang. Pantatnya juga
mulai terangkat-angkat. Akupun segera menurunkan kepalaku kearah
selangkangannya, sampai akhirnya mukaku tepat di selangkangannya. Kedua
kakinya aku lipat ke atas, aku pegangi dengan dua tanganku dan pahanya
kulebarkan sehingga liang kewanitaan dan clitorisnya terbuka di depan
mukaku. Aku tidak tahan memandangi keindahan liang kewanitaannya.
Lidahku langsung menjulur dan mengusap clitoris dan liang kewanitaannya.
Cairan surganya kusedot-sedot dengan nikmat. Mulutku menciumi bibir
kemaluannya dengan ganas, dan lidahku aku selip- selipkan ke lubangnya,
aku kait-kaitkan, aku gelitiki, terus begitu, sampai pantatnya
terangkat, kemudian tangannya mendorong kepalaku sampai aku terbenam di
selangkangannya. Aku jilati terus, clitorisnya aku putar dengan lidah,
aku isap, aku sedot, sampai Rani meronta-ronta. Aku merasa penisku sudah
tegak kembali, dan mulai berdenyut-denyut.
"Dodii.., aku nggak tahan.., aduuhh.., aahh.., enaakk sekalii..",
rintihnya berulang-ulang. Mulutku sudah berlumuran cairan kewanitaannya
yang semakin membuat nafsuku tidak tertahankan. Kemudian aku lepaskan
mulutku dari liang kewanitaannya. Sekarang giliran penisku aku
usap-usapkan ke clitoris dan bibir kemaluannya, sambil aku duduk
mengangkang juga. Pahaku menahan pahanya agar tetap terbuka. Rasanya
nikmat sekali ketika penisku digeser-geserkan diliang senggamanya. Rani
juga merasakan hal yang sama, dan sekarang tangannya ikut ngebantu dan
menekan penisku digeser-geserkan di clitorisnya.
"Ranii.., aahh.., enakk.., aahh.."
"aahh.., iya.., eennaakk sekalii..".
Kita saling merintih. Kemudian karena penisku semakin gatal, aku mulai
menggosokkan kepala penisku ke bibir kemaluannya. Rani semakin
menggelinjang. Akhirnya aku mulai mendorong pelan sampai kepala penisku
masuk ke liang senggamanya.
"Aduuhh.. Dodii.., saakiitt.., aadduuhh.., jaangaann..", rintihnya
"Tahan dulu sebentar.., Nanti juga ilang sakitnya..", kataku membujuk
Kemudian pelan-pelan penisku aku keluarkan, kemudian aku tekan lagi, aku
keluarkan lagi, aku tekan lagi, kemudian akhirnya aku tekan lebih dalam
sampai masuk hampir setengahnya. Mulut Rani sampai terbuka tapi sudah
nggak bisa bersuara. Punggungnya terangkat dari karpet menahan desakan
penisku. Kemudian pelan-pelan aku keluarkan lagi, aku dorong lagi, aku
keluarkan lagi, terus sampai dia tenang lagi. Akhirnya ketika aku
mendorong lagi kali ini aku dorong sampai amblas semuanya ke dalam. Kali
ini kita sama- sama mengerang dengan keras. Badan kita berpelukan,
mulutnya yang terbuka aku ciumi, dan pahanya menjepit pinggangku dengan
keras sekali sehingga aku merasa ujung penisku sudah mentok ke dinding
kemaluannya. Kita tetap berpelukan dengan erat saling mengejang untuk
beberapa saat lamanya. Mulut kita saling mengisap dengan kuat. Kami
sama-sama merasakan keenakan yang tiada taranya. Setelah itu pantatnya
sedikit demi sedikit mulai bergoyang, maka akupun mulai menggerakkan
penisku pelan-pelan, maju, mundur, pelan, pelan, makin cepat, makin
cepat, dan goyangan pantat Rani juga semakin cepat.
"Dodii.., aduuhh.., aahh.., teruskan sayang.., aku hampir niihh..", rintihnya.
"Iya.., nihh.., tahan dulu.., aku juga hampir.., kita bareng ajaa..",
kataku sambil terus menggerakkan penis makin cepat. Tanganku juga ikut
meremasi susunya. Penisku makin keras kuhujam- hujamkan ke dalam liang
surganya sampai pantatnya terangkat dari karpet. Dan aku merasa liang
senggamanya juga menguruti penisku di dalam. penis kutarik dan tekan
semakin cepat, semakin cepat.., dan semakin cepat..".
"Raanii.., aku mau keluar niihh..".
"Iyaa.., keluarin saja.., Rani juga keluar sekarang niihh".
Akupun menghunjamkan penisku keras-keras yang disambut dengan pantat
Rani yang terangkat ke atas sampai ujung penisku menumbuk dinding
kemaluannya dengan keras. Kemudian pahanya menjepit pahaku dengan keras
sehingga penisku makin mentok, tangannya mencengkeram punggungku. Liang
kewanitaannya berdenyut-denyut. Spermaku memancar, muncrat dengan
sebanyak-banyaknya menyirami liang senggamanya.
"aahh.., aahh.., aahh..", kita sama-sama mengerang, dan liang
kewanitaannya masih berdenyut, mencengkeram penisku, sehingga spermaku
berkali-kali menyembur. Pantatnya masih juga berusaha menekan- nekan dan
memutar sehingga penisku seperti diperas. Kita orgasme bersamaan selama
beberapa saat, dan sepertinya nggak akan berakhir. Pantatku masih
ditahan dengan tangannya, pahanya masih menjepit pahaku erat-erat, dan
liang senggamanya masih berdenyut meremas- remas penisku dengan enaknya
sehingga sepertinya spermaku keluar semua tanpa bersisa sedikitpun.
"aahh.., aahh.., aduuhh..", kita sudah nggak bisa bersuara lagi selain mengerang-erang keenakan.
Ketika sudah mulai kendur, aku ciumi Rani dengan penis masih di dalam
liang senggamanya. Kita saling berciuman lagi untuk beberapa saat sambil
saling membelai. Aku ciumi terus sampai akhirnya aku menyadari kalau
Rani sedang menangis. Tanpa berbicara kita saling menghibur. Aku
menyadari bahwa selaput daranya telah robek oleh penisku. Dan ketika
penisku aku cabut dari sela-sela liang kewanitaannya memang mengalir
darah yang bercampur dengan spermaku. Kami terus saling membelai, dan
Rani masih mengisak di dadaku, sampai akhirnya kita berdua tertidur
kelelahan dengan berpelukan.
+ komentar + 6 komentar
Hammer Of Thor
Hammer Of Thor Bekasi
Obat KLG Pembesar Penis
Hammer Of Thor Denpasar
Agen Vimax Tangerang
Agen Hammer Of Thor Jakarta Utara
Agen Hammer Of Thor Jakarta Pusat
Agen Hammer Of Thor Jakarta Selatan
Agen Hammer Of Thor Jakarta
Agen Hammer Of Thor Jakarta Barat
Agen Hammer Of Thor Makassar
Agen Hammer Of Thor Di Tangerang
Agen Vimax Izon asli
MENYEDIAKAN.....
Obat Pembesar Penis Alami Black Mamba Oil
Arabian Oil Minyak Pembesar Penis Alami
Vimax Oil Asli Canada Minyak Pembesar Penis Alami
Obat Perangsang Wanita
Sex Fly D5 Cair Obat Perangsang Wanita
Klik salah satu:
Call/WA :082 243 552 615
BBM : 2BAF 89B3
Buat cewek n tantebyg cari pria simpanan orang jawa hub 0813 6871 2420
Alat Bantu Sex Bandung
Alat Bantu Sex Pria Di Bandung
Sextoys Di Bandung
Pusat Alat Sex Toys Bandung
Toko Alat Bantu Sex Wanita Bandung
Agen Sextoys Terlengkap Dan Murah Bandung
Obat Kuat Di Bandung
Jual Obat Kuat Viagra Asli Di Depok
Jual Hammer Of Thor Asli Di Tangeran
Jual Penirum Asli Di Jakarta
Jual Hammer Of Tor Asli Di Bekasi
Jual KL PILLS Asli Di Tangerang
Jual KL PILLS Asli Di Bekasi
Jual KL PILLS Asli Di Depok
Jual KLG PILLS Asli Di Jakarta
Posting Komentar