05:00 WIB..
Bip.. Bip.. Bip.. Bip
Terdengar suara mirip alarm berbunyi berulang-ulang saat aku masih
meringkuk di balik selimut hangat dan nyaman yang menemani tidurku
sepenjang malam.
Bip.. Bip.. Bip.. Bip..
Menyebalkan sekali bunyi itu. Kuletakan kedua tanganku di kepala dan
mulai memijit-mijit halus kepalaku agar rasa pening ini segera berlalu
dan aku dapat meneruskan percumbuanku dengan ranjang ini.
Bip.. Bip.. Bip.. Bip..
Ah! sebegini parahkah hangover yang aku alami? Aku memang semalam minum
agak banyak dalam pesta ulang tahun rekan kantorku Diana yang diadakan
di News Cafe Kemang. Aku ngerasa betul-betul 'having a good time' sampai
lepas kontrol menghabiskan 2 gelas contreau' ditambah segelas 'Long
Island. Aku memang bukan tipe wanita peminum (Thank God!), namun dalam
saat-saat tertentu aku bisa minum diluar kemampuanku apalagi ketika aku
sedang benar-benar in the good mood.
.. Bip.. Bip.. Bip..
Bunyi itu rasanya familiar buat pendengaranku. Sepertinya bunyi yang
rutin kudengar tiap hari. Mana mungkin pikirku.. Aku khan nggak tiap
hari minum sampai 'hangover begini. Tunggu sebentar.. Wait a second..
Aku mengumpulkan kesadaranku yang masih melayang kira-kira setengah
meter diatas tubuhku.
"Ya ampun suara itu..!"
Tersentak aku sambil bangun dari ranjangku setengah melompat. Itu bunyi
alarm jam-ku! 'Oh Widya kenapa jadi begini!' Kukenali suara itu.. Itu
suara si peri baik yang biasanya berbisik di telinga kananku. 'Jangan
sampai telat lho' katanya lagi menasihatiku. Aku menjawab nasehatnya
dengan segera masuk ke shower dengan langkah yang masih setengah
diseret. 'Ah Widya.. Udahlah ngapain susah-susah.. Khan lamu bisa telpon
kantor terus bilang nggak enak badan' Nah yang ini pasti suara si peri
nakal yang selalu berbisik di kuping kiriku. 'Just one phone call aja
dan kamu bisa kembali merasakan kenyamanan ranjangmu' ucapannya kian
menggoda.
Nggak mungkin lah kataku dalam hati. Soalnya hari ini aku harus ketemu
supplier-ku dan nggak mungkin di cancel begitu aja. Segera aku membuka
kran shower dan si peri pun lenyap tersapu air deras yang menerpa
kulitku. Sejenak aku melirik ke kanan dan kulihat si peri baik tersenyum
kepadaku. Seperti biasa aku tidak pernah memakai water heater/pemanas
untuk mandi pagi karena aku lebih suka membiarkan dinginnya air shower
ini memberikan 'shock terapi buat mengusir rasa malas dan kantuk-ku.
Betapa segarnya merasakan siraman shower di atas kepalaku bagaikan
rintik hujan yang terus-menerus menerpa membuatku sejenak memejamkan
mataku dan membiarkan air dari shower itu terus turun menjelajahi
lekuk-lekuk tubuhku. Kurasakan sejuknya air membelai tubuhku dari atas
sampai ke bawah menggelitik tubuhku dengan rasa dinginnya. Rasa
dinginnya menimbulkan rasa merinding terutama di wilayah dadaku. Terasa
payudaraku agak mengeras dan kedua puting susu-ku yang berwarna merah
muda agak kecoklatan menjadi lancip meregang suatu sensasi yang sulit
diungkapkan. Kuteruskan mandi pagiku dengan bersenandung dan kadang
menyanyikan potongan bait lagu Mariah Carey kesukaanku.. And the hero
comes along.. With the strength to carry on..
20 menit kemudian aku sudah berada di meja makan, menghabiskan sarapan
pagiku sambil terburu-buru. Oh ya aku sangat mengutamakan sarapan karena
aku tipe pekerja yang aktif bahkan cenderung workaholic. Berbeda dengan
teman-teman wanitaku yang lain, aku tidak terikat untuk melakukan diet.
Pertama adalah karena aku tipe sibuk dan banyak kegiatan sehingga
selalu butuh tambahan energi, kedua adalah karena aku tipe cewek yang
susah gemuk. Bukan karena cacingan tapi karena kegiatanku yang padat
membuat bentuk tubuhku senantiasa terjaga.
Pukul delapan tepat saat aku melirik jam tanganku ketika memasuki pintu
kantor Segaris senyuman ramah dari Nina resepsionis kantor menyambutku
hangat. Ucapan selamat pagi kuterima dari Bramanto, satpam kantor yang
bertubuh tinggi besar namun memiliki suara seperti tikus kejepit.
Kontras sama bodinya. Aku balas menyapanya sambil berlalu menuju ruangan
kerjaku.
Perusahan tempat aku bekerja ini adalah perusahaan percetakan dan
penerbitan terbesar di indonesia dan aku adalah salah satu manager
disitu. Usiaku 28 tahun dan ini adalah tahun keempat aku bekerja disini.
Gelar S1 UI dan S2 di sebuah perguruan tinggi di Australia sepertinya
sangat menolongku mencapai posisi ini dalam waktu relatif cepat. Cukup
cepat sehingga menimbulkan kecemburuan diantara rekan-rekan senior
disini. Well, bagiku itu problem mereka yang penting aku tidak menginjak
kepala mereka untuk menduduki jabatan ini.
Ruang kerjaku terletak di lantai 4 di gedung milik perusahaanku. Gedung
yang cukup besar karena sekaligus menjadi satu dengan tempat percetakan
dan penerbitan. Ruang kerjaku tidak terlalu besar tapi juga tidak kecil.
Cukuplah bagiku untuk bisa melakukan senam-senam kecil di siang hari.
Oh iya itu merupakan salah satu kebiasaanku untuk menghilangkan penat
dan merenggangkan otot. Kebiasaan itu terbukti cukup sukses mengurangi
stress dalam bekerja.
"Tok.. Tok.. Tok" terdengar ketukan dan sesaat kemudian seraut wajah muncul dari balik daun pintu itu.
"Hai.. Good morning Wid" ucapan itu muncul dari wajah ganteng milik Hendra asistenku.
"Eh.. Pagi Hen" jawabku.
"Wah gimana Wid.. Masih hangover?" Hendra bertanya sambil melangkah duduk di depan mejaku.
"Thank God nggak tuh.. Tadi waktu bangun tidur sih sempet agak pusing tapi sekarang sudah enggak lagi tuh".
Hendra semalam yang terpaksa mengantarku pulang karena aku sudah terlalu 'hi' buat mengemudi.
"Sungguh.. Aku baru kali itu liat kamu mabuk Wid" ujarnya sambil sebuah map berisi berisi beberapa berkas yang harus kuperiksa.
"Oh ya.. Aku juga enggak tahu tuh bisa kebablasan minum gitu" aku
menjawab dengan enteng sambil membaca berkas-berkas yang disodorkannya.
Hubunganku dengan Hendra memang lebih mirip hubungan antar teman biasa.
Aku sendiri yang meminta dia agar bersikap informal dalam hubungan kita.
Dia baru mulai bersikap formal dengan memanggilku 'bu' apabila dalam
situasi-situasi tertentu saperti dalam rapat atau di depan atasanku.
Umur kita berdua hampir sama. Aku cuma lebih tua setahun darinya. Hendra
sudah berkeluarga dengan satu orang putra balita. Kami biasa bercerita
apa saja mulai dari masalah keluarganya atau kantor bahkan sampai
masalah sex kami bicarakan dengan gamblang. Tidak jarang kita suka
bertukar joke-joke ringan mengenai sex.
Hendra memang ganteng tapi cara bicara dia yang halus bahkan cenderung
kemayu makin membuatku tidak risih dengannya. Kalau bisa dibandingkan,
gaya bicara dan tindak tanduknya mirip Syahrul Gunawan bintang sinetron
yang kemayu itu. Malahan dalam urusan gosip dia menjadi trend setter di
kantorku. Apabila terlihat kerumunan ibu-ibu saat jam makan siang dan
suasananya riuh, dapat dipastikan kalau Hendra berada ditengah-tengahnya
sedang memeberikan laporan up to date-nya tentang gossip hari itu.
"Hen, bagaimana tentang nanti siang? Jam berapa Pak Faisal datang?"
tanyaku. Pak Faisal itu adalah suplier yang akan kutemui siang ini.
"Oh iya.. Dia datang setelah jam makan siang"
"Tadi sekretarisnya sudah confirm kesini" ujarnya lagi menambahkan.
"Eh tahu nggak Wid tentang desas-desus Mbak Diana dengan si Nina resepsionis itu?" kata Hendra mulai dengan nada 'rumpi-nya'.
Memang akhir-akhir ini di kalangan keryawan disini tersebar isu yang
mengatakan kalau Diana teman kantorku dari bagian finance yang semalam
berulang tahun itu seorang 'lines' (lesbian) dan memiliki 'affair'
dengan Nina resepsionis baru kantorku.
"Ah masa sih.. Diana khan sudah punya suami" aku menimpali sambil membereskan beberapa pekerjaanku.
Sebetulnya aku nggak suka ngomongin sesama teman. Apalagi gosipnya termasuk dalam kategori 'berat' seperti itu.
"Tapi kayaknya benar tuh.. Akhir-akhir ini mereka suka keluar makan
siang berdua dan selalu nggak mau gabung kalau diajak makan bareng sama
yang lain". Hendra makin seru dengan gosipnya. Kemudian dengan
menurunkan nada suaranya ia berkata," Ada lagi yang lebih parah Wid".
Melihat ekspresi Hendra yang serius aku jadi mulai penasaran akan ceritanya.
"Parah gimana?" tanyaku sambil ikut2an merendahkan nada suaraku.
"Si tikus kejepit Bramanto.. Pernah liat mereka berdua kiss-kissan sambil pegang-pegangan di toilet".
Wah seruku dalam hati. Gosip sih gosip, tapi kalau ternyata memang betul?
"Pervert banget dong.. Si bramanto ngomong benar tuh?" kini aku
benar-benar tertarik. Tak dapat terbayangkan olehku kalau di kantor ini
telah terjadi hal-hal yang betul-betul 'kinky' itu.
"Aku sih percaya omongan dia.. Lagipula kamu nggak tahu yah kalau
semalam Mbak Diana tuh pulangnya bareng Nina. Lagian baru kali ini khan
anak resepsionis yang masih baru sudah diundang acara luaran kita"
katanya lagi.
Wah aku tidak sanggup meneruskan bayanganku tentang hubungan
Posting Komentar